Rabu, 03 Maret 2010

PROSES PIGMENTASI PADA ALGA COKELAT

RUMPUT LAUT
1. Deskripsi Rumput Laut
Rumput laut (seaweed) merupakan tumbuhan tingkat rendah berupa thallus (batang) yang bercabang-cabang, dah hidup di laut dan tambak dengan kedalaman yang masih dapat dicapai oleh cahaya matahari (Nindyaning, 2007). Rumput laut (seaweed) secara biologi termasuk anggota alga yang merupakan tumbuhan yang mengandung klorofil (Sediadi dan Budiarjo, 2000). Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah pasut, jernih dan biasanya menempel pada karang mati, potongan kerang dan subtrak yang keras lainnya, baik terbentuk secara alamiah atau buatan (artificial) (Sulaeman, 2006).
Makroalga (rumpu laut) dapat diklasifikasikan menjadi 3 divisi berdasarkan kadungan pigmen fotosintetik dan pigmen asesoris, yaitu : Rhodophyta, Phaeophyta, Chlorophyta (Atmaja dan Sulistijo, 1988). Menurut Poncomulyo, et. al., (2006), berdasar pigmen (zat warna) yang dikandungnya, alga atau ganggang dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang coklat), Chlorophyceae (ganggang hijau), Cyanophyceae (ganggang biru). Rumput laut termasuk dalam jenis ganggang cokelat dan ganggang merah. Alga cokelat hidup di perairan yang dingin, sedangkan alga merah hidup di daerah tropis. Alga hijau dan alga biru banyak hidup dan berkembang di air tawar. Namun, jenis ini kurang mempunyai arti sebagai bahan makanan. Sebaliknya, alga cokelat dan alga merah cukup penting sebagai bahan pangan dan non-pangan. Beberapa jenis rumput laut yang terdapat di Indonesia dan memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai berikut :
1.Rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte), yaitu Gracilaria, Gelidium, Gelidiopsis, dan Hypnea.
2. Rumput laut penghasil karaginan (carragenophyte), yaitu Eucheuma spinosum, Eucheuma cottonii, dan Eucheuma striatum.
3. Rumput laut penghasil algin, yaitu Sargassum dan Turbinaria.
2. Komposisi Kimia Rumput Laut
Komposisi utama dari rumput laut yang dapat digunakan sebagai bahan pangan adalah karbohidrat. Akan tetapi, karena kandungan karbohidrat sebagaian besar terdiri dari senyawa gumi, maka hanya sebagian kecil saja dari kandungan karbohidrat tersebut yang dapat diserap dalam pencernaan manusia. Hal ini disebabkan kandungan protein dan lemak pada rumput laut yang sebagian besar terdiri dari natrium dan kalsium. Sedangakan kadar air rumput laut mencapai 80-90 persen (Winarno, 1996).
3. Alga Cokelat (Phaeophyceae)
Alga coklat berwarna kecoklatan karena memiliki pigmen yang dominan yaitu fukosantin. Selain itu terdapat juga golongan klorofil dan karoten. Contoh alga coklat antara lain : Sargassum, Macrocystis, Ectocarpus, dan Fucus (Anonymous, 2010).
4. Pigmen Alga Coklat
Pigmen merupakan molekul khusus yang dapat memunculkan warna dan mampu menyerap cahaya matahari dengan menyerap dan memantulkannya pada panjang gelombang tertentu (Prangdimurti, 2007). Zaifbio (2009) menyatakan bahwa alga coklat mengandung pigmen klorofil a, c, betakaroten dan santofil yaitu fukosantin. Pada alga coklat, klorofil a berfungsi sebagai penangkap cahaya yang utama dalam proses fotosintesis yaitu sekitar 99% (Nurdiana, et al., 2008).
EKSTRAKSI
1. Deskripsi Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik (Wikipedia, 2010). Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989).
Proses ekstraksi pada dasarnya dibedakan menjadi dua fase yaitu fase pencucian dan fase ekstraksi. Pada fase pencucian terjadi penyatuan cairan ekstraksi melalui rusaknya sel-sel zat yang diekstrak atau terusakkan dengan operasi penghalusan langsung kontak dengan bahan pelarut. Diharapkan komponen sel yang terdapat dalam sel lebih mudah diambil atau dicuci, sedangkan fase ekstraksi yaitu suatu peristiwa yang memungkinkan terjadinya pelintasan bahan pelarut ke dalam bagian dalam sel. Dengan mengalirnya bahan pelarut ke dalam sel akan menyebabkan protoplasma membengkak dan bahan kandungan sel akan terlarut sesuai dengan kelarutannya (Voight, 1994).
Proses ekstraksi melibatkan dua fase (kedua fase dapat berupa cairan tetapi tidak bercampur) dan dapat dilakukan dengan satu kali ekstraksi, beberapa kali ekstraksi, dan ekstraksi secara berkelanjutan. Dari segi teknik, ekstraksi dapat diklasifikasikan menjadi ekstraksi cair-cair (ekstraksi pelarut), ekstraksi padat-cair, dan ekstraksi super kritik. Ekstraksi bentuk padat-cair paling sering digunakan untuk mengisolasi zat yang terkandung dalam bahan alami.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
- Tipe persiapan sampel
- Waktu ekstraksi
- Kuantitas pelarut
- Suhu pelarut
- Tipe pelarut

EVAPORASI
Penguapan atau “evaporasi” adalah salah satu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan sehingga didapatkan larutan zat cair yang memiliki kosentrat pekat (Mc Cabe, et al., 1987). Evaporator merupakan alat yang digunakan dalam prose evaporasi.
Hui (1992) menyatakan bahwa pemekatan dilakukan sampai tidak ada pelarut yang menguap masing-masing perlakuan mempunyai waktu penguapan yang berbeda tergantung dari jumlah pelarut yang digunakan.

KROMATOGRAFI KOLOM
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat (Wikipedia, 2010).
Pelaksanaan kromatografi kolom
Dalam kromatografi lapis tipis, fase diam adalah lapisan tipis jel silika atau alumina pada sebuah lempengan gelas, logam atau plastik. Kolom kromatografi berkerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertical.
Berbagai ukuran kolom kromatografi digunakan dan jika anda membuka link pada halaman Kimia Organik dari situs Universitas Colorado, anda akan menemukan foto dari bermacam-macam kolom. Dalam laboratorium sekolah, seringkali dengan mudah digunakan buret biasa sebagai kromatografi kolom.

Penggunaan kolom
Anggaplah anda akan memisahkan campuran dari dua senyawa yang berwarna, yaitu kuning dan biru. Warna campuran yang tampak adalah hijau. Anda akan membuat larutan jenuh dari campuran dengan menggunakan pelarut yang lebih disukai dalam kolom.
Pertama anda membuka kran penutup untuk membiarkan pelarut yang sudah berada dalam kolom mengering sehingga material terpadatkan rata pada bagian atas, dan kemudian tambahkan larutan secara hati-hati dari bagian atas kolom. Lalu buka kran kembali sehingga campuran berwarna akan diserap pada bagian atas material terpadatkan, sehingga akan tampak seperti gambar dibawah ini:

Selanjutnya tambahkan pelarut baru melalui bagian atas kolom, cegah sedapat mungkin jangan sampai merusak material terpadatkan dalam kolom. Lalu buka kran, supaya pelarut dapat mengalir melalui kolom, kumpulkan dalam satu gelas kimia atau labu dibawah kolom. Karena pelarut mengalir kontinyu, anda tetap tambahkan pelarut baru dari bagian atas kolom sehingga kolom tidak pernah kering.
Gambar berikut menunjukkan perubahan yang mungkin terjadi sejalan dengan perubahan waktu.


Penjelasan tentang apa yang terjadi
Ini mengasumsikan bahwa anda telah membaca penjelasan tentang apa yang terjadi pada kromatografi lapis tipis. Jika belum, ikuti link awal pada bagian atas halaman dan kembali pada bagian ini dan selanjutnya.
Senyawa biru lebih polar daripada senyawa kuning dan memungkinkan mempunyai kemampuan berikatan dengan hidrogen. Anda dapat mengatakan ini karena senyawa biru tidak bergerak secara sangat cepat melalui kolom. Itu berarti bahwa senyawa biru harus dijerap secara kuat pada jel silika atau alumina dibanding dengan senyawa kuning. Karena kurang polar, senyawa kuning menghabiskan waktu dalam pelarut, sehingga keluar dari kolom lebih cepat.
Proses pencucian senyawa melalui kolom menggunakan pelarut dikenal sebagai elusi. Pelarut disebut sebagai eluen.